SEJARAH KAMPUNG PAPANDAK - KAMPUNG YANG HILANG
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Ketemu lagi dengan saya Yunda Nandika..... Di Blog Saya...
Kemarin Saya membahas Sejarah Internet Dan Intranet.... Sekarang Saya Akan membahas SEJARAH KAMPUNG PAPANDAK Atau Biasa Disebut KAMPUNG YANG HILANG....
NAMA
Kampung Papandak dapat ditemukan di dalam buku Wajah Bandoeng Tempo
Doeloe karya kuncen Bandung, Ir. Haryoto Kunto. Kampung Papandak disebut
ketika sedang membahas mengenai asal usul tipe bangunan Gedung
Tehnische Hoogeschool te Bandung (TH) yang dibangun tahun 1920, sekarang
disebut Institut Teknologi Bandung (ITB). Bangunan tersebut dirancang
oleh Ir. Maclaine Pont arsitek dari mazhab Indo-Europeeschen
Architec-tuur stijl yang memadukan gaya arsitektur bangunan tradisional
nusantara dengan keterampilan teknik konstruksi Barat.
Beberapa
pendapat menyebutkan mengenai bentuk atap bangunan ITB. Menurut Majalah
Mooi Bandoeng pada Mei 1935, Almanak voor Bandoeng pada 1937, dan opa
Hein Buitenweg, bentuk bangunan ITB diambil dari atap Rumah Minangkabau,
Sumatra Barat. Sementara alm. Prof. Ir. van Romondt, Guru Besar
Arsitektur ITB, berpendapat bahwa atap bangunan ITB diambil atap dari
bentuk atap rumah Batak.
Berbeda pendapat dengan para sarjana arsitektur, mantan Kepala Museum Geologi Bandung Soewarno Darsoprajitno menyebutkan, bangunan ITB merupakan modernisasi dari rumah adat Sunda julang ngapak dengan arsitektur cagak gunting yang bisa ditemukan di Kampung Papandak, Paseh, Garut.
Bentuk bangunan Kampung Papandak tersebut bisa dilihat dari foto karya Thilly Weissenborn (1917) dalam bukunya Vastgelegd voor later. Di dalam buku tersebut dimuat foto-foto jepretan Thilly Weissenborn dengan nama panggilan Tante Thill yang dibuat di sekitar Garut tahun 1917-1942. Foto-foto itu, yang dicetak di studio Artelir foto "Lux", berada di bagian atas Garoetse Apotheek di Societeit Straat, sekarang Apotek Garut di Jalan Achmad Yani, Garut, meliputi foto-foto alam, sawah, gunung, kawah, perkebunan, situ (danau), kehidupan masyarakat, gedung, dan bangunan lama, termasuk bangunan rumah di Kampung Papandak, Garut.
Sayang, sekarang bangunan di Kampung Papandak dengan bentuk bangunan julang ngapak serta atap cagak gunting sudah tidak bisa ditemukan lagi. Walaupun demikian, Kampung Papandak di Garut masih bisa ditemukan tanpa bangunan julang ngapak dan atap cagak gunting, tetapi nama kampungnya masih tetap Kampung Papandak, Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja, Garut.
Jika kita ingin menuju ke sana, dari jalan raya Wanaraja, setelah Pasar Wanaraja belok kanan ke arah kawah gunung Talaga Bodas. Setelah menempuh beberapa kilometer, belok kiri menuju Kampung Papandak.
Kampung Papandak di Garut merupakan salah satu kampung tempo dulu yang hilang.
Kita memang ditakdirkan sebagai bangsa yang mudah melupakan sejarah dan warisan nenek moyang. Banyak peninggalan sejarah dan warisan leluhur yang ada, musnah dan menghilang, bahkan raib dijual ke luar negeri.
Ironisnya, ketika Jawa Barat akan membuat anjungan di Taman Mini Indonesia Indah-Jakarta, malah dibuat bangunan dengan bentuk Keraton Sultan Cirebon, yang menggambarkan bangunan feodal dan bukan bangunan julang ngapak dengan atap cagak gunting yang menggambarkan bangunan masyarakat Sunda.
Kini, kita sebagai penerus budaya peninggalan bangsa sendiri yang merindukan warisan leluhur, merasa pareumeun obor, kehilangan jejak. Generasi penerus hanya bisa gigit jari, yang tertinggal hanya kenangan dan penyesalan.
Memang ada kerinduan atas peninggalan karuhun yang timbul sekarang di kalangan masyarakat Sunda, tetapi terkadang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengeksploitasinya dari sisi komersial. Maka, bermunculanlah nama-nama rumah makan bernuansa "tempo dulu", seperti Kampung Sunda, Tutug Oncom, Sambel Lada, dan banyak lagi.
Baru-baru ini, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, di dalam suatu pertemuan, menyarankan agar bangunan di Kota Bandung dan Jawa Barat dibuat dengan bentuk julang ngapak dan atap cagak gunting yang menggambarkan bentuk rumah di tanah Pasundan-Jawa Barat. Suatu imbauan yang menggambarkan kerinduan dan kecintaan terhadap warisan leluhur.
Berbeda pendapat dengan para sarjana arsitektur, mantan Kepala Museum Geologi Bandung Soewarno Darsoprajitno menyebutkan, bangunan ITB merupakan modernisasi dari rumah adat Sunda julang ngapak dengan arsitektur cagak gunting yang bisa ditemukan di Kampung Papandak, Paseh, Garut.
Bentuk bangunan Kampung Papandak tersebut bisa dilihat dari foto karya Thilly Weissenborn (1917) dalam bukunya Vastgelegd voor later. Di dalam buku tersebut dimuat foto-foto jepretan Thilly Weissenborn dengan nama panggilan Tante Thill yang dibuat di sekitar Garut tahun 1917-1942. Foto-foto itu, yang dicetak di studio Artelir foto "Lux", berada di bagian atas Garoetse Apotheek di Societeit Straat, sekarang Apotek Garut di Jalan Achmad Yani, Garut, meliputi foto-foto alam, sawah, gunung, kawah, perkebunan, situ (danau), kehidupan masyarakat, gedung, dan bangunan lama, termasuk bangunan rumah di Kampung Papandak, Garut.
Sayang, sekarang bangunan di Kampung Papandak dengan bentuk bangunan julang ngapak serta atap cagak gunting sudah tidak bisa ditemukan lagi. Walaupun demikian, Kampung Papandak di Garut masih bisa ditemukan tanpa bangunan julang ngapak dan atap cagak gunting, tetapi nama kampungnya masih tetap Kampung Papandak, Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja, Garut.
Jika kita ingin menuju ke sana, dari jalan raya Wanaraja, setelah Pasar Wanaraja belok kanan ke arah kawah gunung Talaga Bodas. Setelah menempuh beberapa kilometer, belok kiri menuju Kampung Papandak.
Kampung Papandak di Garut merupakan salah satu kampung tempo dulu yang hilang.
Kita memang ditakdirkan sebagai bangsa yang mudah melupakan sejarah dan warisan nenek moyang. Banyak peninggalan sejarah dan warisan leluhur yang ada, musnah dan menghilang, bahkan raib dijual ke luar negeri.
Ironisnya, ketika Jawa Barat akan membuat anjungan di Taman Mini Indonesia Indah-Jakarta, malah dibuat bangunan dengan bentuk Keraton Sultan Cirebon, yang menggambarkan bangunan feodal dan bukan bangunan julang ngapak dengan atap cagak gunting yang menggambarkan bangunan masyarakat Sunda.
Kini, kita sebagai penerus budaya peninggalan bangsa sendiri yang merindukan warisan leluhur, merasa pareumeun obor, kehilangan jejak. Generasi penerus hanya bisa gigit jari, yang tertinggal hanya kenangan dan penyesalan.
Memang ada kerinduan atas peninggalan karuhun yang timbul sekarang di kalangan masyarakat Sunda, tetapi terkadang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin mengeksploitasinya dari sisi komersial. Maka, bermunculanlah nama-nama rumah makan bernuansa "tempo dulu", seperti Kampung Sunda, Tutug Oncom, Sambel Lada, dan banyak lagi.
Baru-baru ini, Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, di dalam suatu pertemuan, menyarankan agar bangunan di Kota Bandung dan Jawa Barat dibuat dengan bentuk julang ngapak dan atap cagak gunting yang menggambarkan bentuk rumah di tanah Pasundan-Jawa Barat. Suatu imbauan yang menggambarkan kerinduan dan kecintaan terhadap warisan leluhur.
Ya, begitulah saja sejarahnya SSS (Sangat Sederhana Sekali) Mohon Ma'af Apabila Ada Kesalahan......
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT Sedangkan KESEMPRULAN ada pada diri saya sendiri.......
Sekian Dan Terima Kasih
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
mantap. mengangkat budaya leluhur papandak
BalasHapus